Kain woven adalah kain yang dibuat dari hasil penyilangan dua benang dengan cara
ditenun/ dianyam sehingga sering disebut kain tenun. Stabilitas dan
kehalusan kain woven dapat dipengaruhi oleh jenis tenunan atau anyamannya. Kain
woven tidak dapat ditarik dan biasanya digunakan untuk membuat kemeja,
selendang, dan lain-lain.
Pada umumnya, kain woven terbuat dari serat kayu,
kapas, sutra, polyester, dan lain-lain. Kualitas kain ini dilihat dari kualitas
mutu bahan (jenis benang), keindahan tata warna, motif dan ragam hiasannya.
Beragam jenis kain tenun, antara lain kain songket, kain ulos, kain gringsing,
kain koshibo, dan masih banyak lagi lainnya.
KAIN SONGKET
Kain songket merupakan
kain yang biasanya dibuat dengan benang emas atau perak sehingga berat saat
dipakai dan tidak perlu dicuci. Selain itu, kain songket hanya digunakan untuk
acara tertentu sehingga tak perlu dicuci, kecuali jika terbuat dari bahan bukan
logam/ metal. Biasanya setelah dipakai, kain songket cukup diangin-anginkan.
Jika memang ada noda yang perlu dibersihkan, gunakan cotton bud, kapas, atau kain basah untuk menghilangkan noda
tersebut.
Karena terbuat dari
logam, kain songket rentan terhadap kondisi asam sehingga saat disimpan kain
ini harus digulung dengan kertas yang bebas asam, seperti kertas minyak atau
kertas roti lalu letakkan di dalam tabung kertas atau plastik dan masukkan akar
wangi agar kondisi benangnya bisa tetap terjaga dan tidak bau. Kain songket jangan dilipat agar
sulaman kainnya tidak rusak. Lalu simpanlah di lemari dalam posisi berdiri atau
miring. Taburkan cengkeh dan lada pula di lemari penyimpanannya untuk
menghindari timbulnya jamur. Selain itu, sebulan sekali kain songket harus
dikeluarkan dari lemari untuk diangin-anginkan agar kualitasnya tetap terjaga.
KAIN ULOS
Kain ulos merupakan
kain tenun khas Batak berbentuk selendang yang dibuat dari serat kapas.
Pewarnaan ulos menggunakan getah sejenis tumbuhan nila. Kain ulos melambangkan
ikatan kasih sayang antara orang tua dengan anak-anaknya atau antara seseorang
dengan orang lainnya.
Semula kain ulos
digunakan untuk menghangatkan badan karena kain ini merupakan hasil pencarian
orang-orang Batak yang hidup di daerah pegunungan yang dingin. Namun, kini kain
ulos juga memiliki fungsi simbolis untuk hal-hal lain dalam segala aspek
kehidupan orang Batak, seperti pernikahan, kematian, kelahiran, dan ritual
upacara adat lainnya. Bahkan, kain ulos dipercaya memiliki sifat religius magis
sehingga dianggap keramat sebagai pelindung bagi pemakainya. Keragaman jenis
dan motif kain ulos pun memiliki makna tersendiri sesuai sifat, hubungan,
fungsi, dan keadaan tertentu.
KAIN GRINGSING
Kain gringsing
merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan
teknik dobel ikat. Untuk membuatnya, diperlukan waktu 2-5 tahun karena dipintal
dengan alat pintal tradisional bukan mesin. Kain gringsing berasal dari Desa
Tenganan, Bali. Kata gringsing berasal dari kata gring (sakit) dan sing
(tidak) yang dimaksudkan sebagai penolak bala.
Kain gringsing terbuat
dari serat kapuk berbiji satu yang didatangkan dari Nusa Penida. Setelah
dipintal kain ini direndam dengan minyak kemiri selama 40 hari hingga maksimum
setahun dengan penggantian air rendaman setiap 25-49 hari. Semakin lama
perendaman, benang kain gringsing akan semakin kuat dan lembut.
Setelah direndam
selama itu, barulah kain gringsing diwarnai. Kain gringsing hanya menggunakan tiga pewarna alami (tridatu), antara lain:
* warna merah yang berasal dari kelopak pohon kepundung putih
dicampur dengan kulit akar mengkudu,
* warna hitam dari pohon Taum
* warna kuning dari minyak buah kemiri berusia +/- 1 tahun yang
dicampur dengan air serbuk kayu.
KAIN KOSHIBO
Kain koshibo terbuat
dari 100% polyester. Polyester merupakan serat buatan yang
dibentuk dari bahan-bahan kimia tertentu melalui serangkaian proses hingga
nantinya berbentuk cairan kental. Selanjutnya, cairan kental ini dimasukkan ke
dalam mesin melt spinning untuk
dijadikan serat polyester. Kain
koshibo ini biasanya dipakai untuk membuat rok, blouse, baju kurung,
kemeja, jubah, dan baju melayu.
Beberapa orang
menyebutkan bahwa kain koshibo
bertekstur lembut, berkarakter crepe
dengan efek berpasir, dan lekukannya terlihat bagus. Ketebalan kain koshibo pun bervariasi dari ringan
hingga sedang. (76gsm - 160gsm) Beberapa kain koshibo cenderung breathable sehingga tidak terasa panas
saat dikenakan karena udara masih bisa masuk melalui sela-sela serat kain.
Meskipun demikian, kain koshibo ini
sedikit mengkilap sehingga kurang disukai oleh para pengguna kerudung atau
jilbab.
Cara Mencuci Kain Tenun:
1. Sebaiknya kain
tenun dicuci dengan cara dry clean
(tanpa air), terutama untuk kain tenun yang terbuat dari bahan logam. Namun,
jika ingin mencucinya dengan air (kecuali kain tenun berbahan logam), kain ini
tidak perlu direndam, tetapi cukup dikucek sebentar lalu dibilas.
2. Jangan menyikat
kain tenun saat pencucian dan jangan menggunakan mesin cuci. Cucilah dengan
tangan menggunakan lerak karena jika kain tenun dicuci dengan banyak detergen,
warnanya bisa cepat pudar. Meskipun lerak biasa digunakan untuk mencuci kain
batik, ini juga aman untuk membersihkan kain tenun. Jika tak ada lerak, cukup
gunakan pelembut pakaian.
4. Jangan dijemur di
bawah terik matahari agar warnanya tetap terjaga dengan baik.
5. Jika ingin
menyeterikanya, letakkan kain halus pada bagian atas kain tenun dan gunakan
panas pada suhu paling rendah.
Dengan cara mencuci
yang benar, niscaya kain tenun Anda bisa tetap indah dan tahan lama.
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.